Thursday, October 19, 2017

SISTEM CERDAS SIDIK JARI PADA SMARTPHONE

ini adalah Sistem Cerdas pada Sidik Jari di Smartphone, ini adalah tugas kelompok untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Softskill, mengenai Sistem Cerdas


NAMA KELOMPOK 
Rahmat Wijaya Noya
Moch. Sean Alrenzha
Sandi Alian Darmawan



UNIVERSITAS GUNADARMA
TAHUN AJARAN 2017 - 2018


PENGERTIAN SIDIK JARI


Sidik jari adalah  hasil reproduksi tapak jari baik yang sengaja diambil, dicapkan dengan tinta, maupun bekas yang ditinggalkan pada benda karena pernah tersentuh kulit telapak tangan atau kaki. Kulit telapak adalah kulit pada bagian telapak tangan mulai dari pangkal pergelangan sampai kesemua ujung jari, dan kulit bagian dari telapak kaki mulai dari tumit sampai ke ujung jari yang mana pada daerah tersebut terdapat garis halus menonjol yang keluar satu sama lain yang dipisahkan oleh celah atau alur yang membentuk struktur tertentu. Sejarah Ilmu Sidik Jari di Indonesia
SEJARAH ILMU SIDIK INDONESIA
Gustav Poppeck lahir di kota kecil Gelsen Kirchen tahun 1892. Di usia yang ke 21 tahun (1903) Gustav Poppeck mendaftarkan diri sebagai tentara dan dikirim ke China yang merupakan negara koloni Jerman yang saat itu berada dibawah pemerintahan Presiden Paul Von Hindenburg. Berbagai bintang jasa diterimanya selama bertugas di China dalam masa PD I (1914 - 1918). Sebelum kembali ke Jerman, para tentara Jerman diberi kesempatan untuk cuti ke Jepang. Di Jepang, Gustav Poppeck membaca sebuah poster besar di halaman Kedutaan Besar Belanda yang mencari tenaga untuk dipekerjakan sebagai polisi di Hindia Belanda (Indonesia). Gustav Poppeck yang membenci sosok Hitler yang saat itu berkuasa di negeri kelahirannya, Jerman langsung mendaftarkan diri dan diterima. Gustav Poppeck dikirim ke Batavia dan masuk pendidikan polisi di Sukabumi dan kemudian dikirim ke Makassar dan ditempatkan di bagian Kriminal, bidang daktiloskopi atau sidikjari. Pada penjajahan Jepang, Gustav Poppeck dipindahkan ke bagian logistik karena bidang daktiloskopi diambil alih oleh Jepang.

Akhir tahun 1950 Gustav Poppeck yang sudah pindah menjadi warganegara Belanda sejak tahun 1932 karena alasan keamanan masa itu dipensiunkan oleh pemerintahan Indonesia karena bukan bangsa Indonesia. Gustav Poppeck bersama istrinya Sara Elizabeth Font yang berkebangsaan Indonesia (ibu : Manado, ayah: Spanyol) di"pulangkan" ke negeri Belanda akhir tahun 1950. Pada awal tahun 1952 Gustav Poppeck kembali ke Indonesia dan atas pilihan dan kecintaannya pada Indonesia menjadi warganegara Indonesia. Menetap di Jakarta dan diminta untuk menjadi asisten Jaksa Agung Meester Suprapto dan pada usianya yang ke 72 tahun Gustav Poppeck mengundurkan diri karena mengalami gagal operasi pada kedua matanya. Gustav Poppeck dan Sara Elizabeth Font dikaruniakan dua anak: penyanyi seriosa legendaris Indonesia Rose Pandanwangi dan Frits Sariako Poppeck. Gustav Poppeck meninggal pada Februari 1966, di usia ke 74 tahun dimakamkan di pemakaman Menteng Pulo dan tahun bulan Juli tahun 2005 bersama dengan Sarah Poppeck Font dan menantunya pelukis maestro Indonesia S. Sudjojono dipindahkan ke Pemakaman Pondok Rangon, Cibubur, Jawa Barat. (Sumber: Rose Pandanwangi, putri Gustav Poppeck, ditulis oleh Wicky S, cucu Gustav Poppeck) .

FUNGSI SIDIK JARI
Fungsinya adalah untuk memberi gaya gesek lebih besar agar jari dapat memegang benda-benda lebih erat. Sidik jari manusia digunakan untuk keperluan identifikasi karena tidak ada dua manusia yang memiliki sidik jari persis sama. Hal ini mulai dilakukan pada akhir abad ke-19. Seiring perkembangan zaman pada abad ke 20 ini, Sidik jari sudah di kembangkan ke arah security system yang berfungsi sebagai data keamanan. Sebagai conton mesin absensi sidik jari dan akses control pintu.

POLA DASAR SIDIK JARI
Pola sidik jari selalu ada dalam setiap tangan dan bersifat permanen. Dalam artian, dari bayi hingga dewasa pola itu tidak akan berubah sebagaimana garis tangan. Setiap jari pun memiliki pola sidik jari berbeda. Ada empat pola dasar Dermatoglyphic tentang sidik jari yang perlu diketahui, yakni Whorl atau Swirl, Arch, Loop, dan Triradius. Selain itu hanyalah variasi dari kombinasi keempat pola ini.
Setiap orang mungkin saja memiliki Whorl, Arch, atau Loop di setiap ujung jari (sidik jari) yang berbeda, mungkin sebuah Triradius pada gunung dari Luna dan di bawah setiap jari, dan kebanyakan orang ada juga yang mempunyai dua Whorl atau Loop di tangan lainnya. Pola-pola dapat juga ditemukan pada ruas kedua dan ketiga di setiap jari.
1. Whorl Whorl bisa berbentuk sebuah Spiral, Bulls-eye, atau Double Loop. Whorl adalah titik-titik menonjol dan kontras, dan bisa dilihat dengan mudah. Cetakan Spiral dan Bulls-eye adalah persis sebangun dalam interpretasinya, namun yang kedua memberikan sedikit lebih banyak fokus.
2. Arch Pola ini bisa terlihat sebagai sebuah Flat Arch, atau Tented Arch. Perhatikan setiap pola Arch menaik sangat tinggi.
3. Loop Loop dapat menaik ke arah ujung jari, atau menjatuh ke arah pergelangan tangan. Common Loop bergerak ke arah ibu jari, sementara Radial Loop (Loop terbalik) bergerak mengarahkan ujung pemukulnya ke sisi lengan.
a. Loop Umum (Common Loop) Tipe paling umum dari sidik jari adalah Common Loop. Cetakan ini mengungkap kemampuan untuk menggunakan berbagai ide dari berbagai sumber ide, dan mencampurnya dengan gaya yang unik.
b. Loop Memusat (Radial Loop) Sebuah cetakan menukik yang memasuki dan berangkat dari sisi ibu jari tangan disebut Radial Loop (kadang-kadang disebut Reverse Loop, atau Inventor Loop). Jika Common Loop menunjukkan campuran gaya-gaya lain, Radial Loop mengungkapkan kemampuan untuk menciptakan sebuah gaya atau sistem yang sama sekali baru.
c. Double Loop Double Loop kebanyakan disalahpahami oleh hampir semua penandaan Dermatoglyphic. Pada umumnya, menginterpretasikan Double Loop sama seperti dengan Whorl.
4. Triradius Triradius (juga disebut “Delta”) dapat digunakan untuk menunjuk dengan tepat pusat dari setiap gunung. Gunung-gunung itu kemudian bisa dilihat sebagai terpusat, kecenderungan, atau berpindah

SIDIK JARI PADA LAYAR SMARTPHONE
membuka smartphone cukup dengan menyentuh area layar yang ditujukan untuk membaca sidik jari. Prosesnya pun mudah dan sederhana. Kami hanya perlu mendaftarkan sidik jari yang ingin digunakan pada perangkat, lalu memakainya untuk membuka layar. Namun dalam beberapa kesempatan, perangkat membutuhkan waktu cukup lama untuk membaca sidik jari kami.





Pada kesempatan lain, kami juga menyaksikan demonstrasi pemindai sidik jari yang diletakkan di bagian belakang bodi. Sama seperti pemindai sidik jari pada layar, ada area yang memang didesainkhusus untuk membaca sidik jari. teknologi pemindai sidik jari atau fingerprint recognition sebenarnya sudah jamak digunakan sebagai "benteng pertahanan" data-data penting. Sistem keamanan ini tidak mudah dibobol, karena tak ada manusia memiliki pola sidik jari sama. Wajar saja, banyak produk smartphone mulai mengaplikasikan fitur fingerprint sebagai kode akses mengaktifkan ponsel. Berbeda dengan sistem angka atau pattern, orang tak bisa meniru sidik jari. Sebenarnya, jauh sebelum ramai disematkan pada ponsel pintar, teknologi fingerprint dikembangkan pertama kali untuk kepentingan Biro Penyelidik Federal (FBI) di Amerika Serikat.

Pada 1969 FBI bekerja sama dengan Institut Nasional Standar dan Teknologi (NIST) membuat sistem identifikasi berbasis sidik jari. Enam tahun kemudian, protitipe pertama pun dipamerkan institusi tersebut. 

SISTEM MEMBACA POLA PADA SMARTHONE
 fingerprint bekerja dengan "merekam" sidik jari seseorang, lalu menyimpan pola khasnya. Identifikasi dilakukan dengan mencocokkan data yang telah tersimpan tersebut. Jika dinyatakan sama, akses otomatis terbuka. Sidik jari terdiri dari banyak garis menonjol yang cenderung melingkar-lingkar. Hal ini bisa terlihat jelas, salah satunya ketika kita membuat cap jari menggunakan tinta untuk surat-surat resmi. satu sidik jari saja memiliki banyak pola rumit. Jika semua pola ini digunakan, proses identifikasi sidik jari akan memakan waktu terlalu lama. Sebaliknya, jika pola yang diambil terlalu sederhana, kemungkinan pemindaian kurang akurat.
Sebagai solusi, mesin pemindai hanya menangkap dan menyimpan tiga jenis pola pada guratan sidik jari. Pola diambil dari bagian yang pada hasil cap jari tintanya terlihat lebih tebal.
Pola itu di antaranya, ujung garis (ridge ending), garis bercabang (bifurcation), dan garis pendek menyerupai titik (short ridge). Tiga detail pada sidik jari ini tak pernah ditemui sama pada manusia.

CARA KERJANYA MIRIP MESIN FOTOCOPY.
Jari diletakkan di atas sebuah scanner—biasanya berbahan kaca. Lalu, dari bawah scanner, pemancar cahaya menerangi permukaan ujung jari. Pantulan cahaya kemudian ditangkap alat penerima sehingga foto sidik jari pun didapat.
Sayangnya, teknik ini memiliki beberapa kekurangan. Pola sidik jari yang didapat sangat bergantung pada kondisi kulit telapak jari. Jika jari kotor atau kulit sedang terkelupas, misalnya, pemindai bisa saja gagal mengenali sidik jari.
Akibat kekurangan tersebut, ponsel pintar lebih memilih menggunakan sensor ultrasonik atau kapasitans (capacitive). Sensor ultrasonik, sesuai namanya, memanfaatkan gelombang ketika memindai sidik jari seperti pada ultrasonografi (USG) yang kerap digunakan untuk keperluan medis.
Hasil pemindaian sidik jari dengan sensor tersebut sudah berkualitis tiga dimensi (3D) sehingga kemungkinan pemalsuan lebih rendah. Identifikasi menggunakan sensor ultrasonik juga tak bergantung pada kualitas kulit jari.

Kapasitor menyimpan muatan listrik yang disambungkan dengan piringan konduktif pada layar smartphone sehingga bisa digunakan melacak detail sidik jari.
Muatan listrik pada kapasitor akan sedikit berubah saat bagian garis menonjol pada sidik jari ditempelkan pada piringan konduktif. Sementara itu, antar sela garis yang menonjol hampir tidak berpengaruh terhadap kapasitor. Dari sini, citra sidik jari pun didapat.
Berdasarkan penjelasan di atas, proses identifikasi fingerprint memang terlihat lebih rumit dibanding kode angka atau pattern. Tapi, sistem ini sangat memudahkan pengguna smartphone. Tak perlu mengingat kode, pengguna cukup menempelkan jari dan akses smartphone pun terbuka.
Wajar, permintaan ponsel pintar yang dilengkapi fitur tersebut makin merajalela. Produsen ponsel pun semakin bersemangat menempelkan teknologi fingerprint pada produk mereka.
Lembaga peneliti pasar elektronik, HIS Technology, menyatakan tahun 2015 produksi sensor fingerprint untuk ponsel, tablet, dan notebookterus meningkat dari 316 juta unit pada 2014 menjadi 499 juta. Jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi 1,6 miliar unit tahun 2020.



Sumber Referensi
Previous Post
Next Post

post written by:

0 comments: